"Makalah Study Tour"
WISATA KE YOGYAKARTA-JAKARTA
Di Susun Oleh:
Kelompok 7
Kelompok 7
Nama :
Ridho
Irwasyah
Muhammad
Daud
Muhammad
Yusuf
Ambar
Arum Sari
Retno
Vivi Aprilian
Roswati
Susi
Utami
Sri
Sundari
Sri
Rahayu
Eka
Lafitri
Kelas :
XII IPA 3
SMA KOSGORO 1 BANDAR SRIBAWONO
LAMPUNG TIMUR
TP_2012/2013
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis ini telah disyahkan oleh kepala sekolah dan guru
pembimbing
Tanggal 25, Bulan Juni, Tahun 2012
Sribhawono,
Kepala Sekolah, Guru Pembimbing,
Drs. SRIYONO HARIYONO. S.Pd.
MOTTO
1.
Cintailah
keindahan alam dan budaya.
2.
Waktu
adalah modal utama dalam hidup kita.
3.
Awalilah
kesuksesanmu dengan berani.
4.
Gapailah
cita-citamu setinggi langit.
5.
Hargailah
adat istiadat di INDONESIA.
6.
Lebih baik bertanya dari pada tersesat.
7.
Lebih baik pandai berbuat dari pada pandai berucap.
8.
Tiada
kekayaan lebih utama dari akal. Tiada warisan lebih baik daripada pendidikan.
9.
Dan
tiada pembantu lebih baik dari musyawarah.
10.
Sedikitlah
bicara, banyaklah berfikir dan giat berkerja.
11.
Hasil
akhir dari belajar adalah tindakan bukan pengetahuan.
12.
Mata
butuh sinar untuk melihat,pikiran butuh ide untuk menangkap makna.
13.
Tidak
ada pendidikan sehebat yang diberikan oleh pengalaman belajar.
14.
Ilmu
itu tidak diibaratkan sebuah kayu yang akan lapuk oleh waktu.
15.
Disiplin
dan percaya diri adalah kunci dari kesuksesan.
16.
Cintailah
ilmu pengetahuan.
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kepada Allah swt yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal mungkin. Penulis menyajikan makalah
ini dengan judul Melangkahkan kaki ketempat pariwisata Jogjakarta dan Ibukota
Jakarta, Dimana makalah ini berisikan kerja ilmiah Penulis
tentang tempat-tempat yang dikunjungi penulis di Yogjakarta dan Ibukota
Jakarta, Penulis berharap dengan adanya karya tulis ini dapat memenuhi tugas
Pasca Study tour dan dapat menambah referensi serta kepustakaan SMA
KOSGORO.
Dalam
proses penulisan Penulis tidak akan berhasil menyelesaikan jika tidak mendapat
bantuan,bimbingan dan semangat,oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
pada semua pihak yang telah membantu.
Penulis
masih sangat menyadari kekurangan dan kelemahan Karya tulis ini, sehingga
kritik dan saran akan sangat senang hati diterima oleh penulis, adapun penulis
juga minta maaf apabila ada kesalahan dalam karya tulis ini.
Akir kata atas
perhatiaannya penulis ucapkan banyak terimakasih
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. ii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
LATAR BELAKANG MASALAH .................................................................................... 1
1.1. Persembahan ............................................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KE
YOGYAKARTA ................................... 3
2.1. Goa Jatijajar .............................................................................................................. 3
2.2. Keraton Yogyakarta .................................................................................................. 3
2.3. Candi Prambanan ...................................................................................................... 4
2.4. Malioboro ................................................................................................................. 7
2.5. Candi Borobudur ..................................................................................................... 8
2.5.1
Letak ........................................................................................................... 8
2.5.2
Bentuk Bangunan ....................................................................................... 8
2.5.3
Riwayat Temuan .......................................................................................... 8
2.5.4
Nama Candi Borobudur .............................................................................. 9
2.5.5
Pemugaran ................................................................................................... 10
BAB III KUNJUNGAN KE OBJEK WISTA
JAKARTA ................................................ 12
3.1. Masjid Istiqlal ............................................................................................................ 12
3.2. Lubang Buaya ........................................................................................................... 13
3.3. Tama Mini Indonesia Indah (TMII) ............................................................................ 13
3.4. Monument Nasional .................................................................................................. 14
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................. 16
Ø Kesimpulan ................................................................................................................ 16
Ø Saran ......................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 17
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan Negara yang kaya, kususnya dalam
bidang pariwisata, lebih dari 3000 tempat pariwisata terdapat di
Indonesia,tidak hanya turis domestic yang menikmati indahnya ragam keunikaan
pariwisata Indonesia yang biasa terselubung budaya dan adat,namun juga turis
luar negeri yang berbondong-bondong untuk ikut serta menikmati akan keindahan
pariwisata di Indonesia ini.sehingga secara tidak langsung akan medatangkan
devisa bagi Negara Indonesia itu sendiri.
Kita sebagai bangsa Indonesia patut mengetahui macam wisata yang
terdapat diseluruh pelosok Indonesia. Tentunya setelah kita melihat dan
mengenal kita wajib mempromosikannya.
Namun salah satu hal yang belum tercapai adalah
kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan potensi wisata yang ada,anggapan
masyarakat bahwa objek wisata hanya dijadikan tempat bersenang-senang dapat
dikatakan salah, karena objek wisata dapat dimanfaatkan sebagai objek
penelitian dan pembelajaran dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Selain itu kita wajib “memasyarakatkan objek wisata sebagai potensi
aset Negara” yang mengedapankan Rekreasi dan Edukasi ,dimana untuk kalangan
pelajar umum disebut “STUDY TOUR”.
Selain itu bagaimana cara menarik minat wisatawan
baik mancanegara maupun domestic untuk datang berkunjung.
1.1. Persembahan
Laporan
ini kami persembahkan kepada:
1.
Kepala sekolah SMA Kosgoro
Sribhawono yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan
Study Tour ke Yogyakarta dan Jakarta.
2.
Bapak / Ibu Guru Kelas.
3.
Ibu Guru Wali Kelas .
4.
Kedua orang tua kami yang telah
memberi kami dorongan kepada kami baik moril maupun material.
5.
Teman-teman yang kita kamingi.
6.
Seluruh pembaca laporan ini.
1.2. Tujuan Penulisan
- Memenuhi Tugas Pasca Study Tour ke Yogyakarata dan Ibukota Jakarta
- Sebagai salah satu persyaratan mengikuti Ujian Nasional tahun 2013/2014
- Ikut serta melengkapi sarana dan prasarana sekolah untuk mempermudah pembelajaran kegiatan belajar mengajar
- Memberikan laporan secara ringkas,akurat dan sistematis tentang study tour yang dilaksanakan Rombongan SMA KOSGORO
BAB II
LAPORAN
HASIL KUNJUNGAN KE YOGYAKARTA
2.1. Goa
Jatijajar
Goa Jatijajar merupakan sebuah gua yang terbentuk
selama ribuan tahun di kaki pegunungan kapur. Panjang goa adalah 250 meter. Di
area Goa Jatijajar ini juga terdapat beberapa goa lainnya, seperti Goa Intan
dan Goa Dempok serta tersedia taman dan Pulau Kera. Stalagtit yang terdapat di
dalam Goa Dempok terbentuk secara alami selama ratusan atau bahkan ribuan tahun
yang lalu. Hingga kini masih terjaga keasliannya. Goa Intan berada satu lokasi
dengan obyek wisata Goa Jatijajar. Goa ini memiliki keunikan tersendiri dengan
langit goa yang relatif tidak terlalu tinggi. Pegunungan kapur ini memanjang
dari utara dan ujungnya di selatan menjorok ke laut berupa sebuah tanjung.
Berjarak sekitar 42 kilometer ke arah barat dari Kota Kebumen atau 21 kilomater
ke arah selatan dari Gombong.
Obyek wisata Goa Jatijajar dilengkapi taman yang
asri yang dilengkapi dengan taman bermain. Taman ini diberi nama Pulau Kera,
karena di taman ini terdapat banyak patung kera. Di gerbang mulut Goa
Jatijajar, terdapat lobang di antara stalagnit, sehingga bila cahaya matahari
masuk terlihat sangat indah. Goa Jatijajar merupakan bukti dari legenda
Kamandaka (Lutung Kasarung), di mana kisah ini secara tersirat dikisahkan
melalui patung-patung yang ada di dalam Goa Jatijajar.
2.2.
Keraton Yogyakarta
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan
keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah
tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini.
Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta.
Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang
menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari
raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari
segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang
terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang
luas.
Keraton Yogyakarta mulai
didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton
ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.
Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja
Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi
lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan,
yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan
Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten sleman.
Secara fisik istana para Sultan
Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung
Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton,
Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul
(Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan
budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di
sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan
pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai
filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta.
2.3.
Candi Prambanan
Candi Prambanan adalah mahakarya
kebudayaan Hindu dari abad ke-10. Bangunannya yang langsing dan menjulang
setinggi 47 meter membuat kecantikan arsitekturnya tak tertandingi. Candi yang
utama yaitu Candi Siwa (tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara).
Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi
Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah
kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa
Pencipta).
Ada sebuah legenda yang selalu
diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung
Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta
Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir
terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api
besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat
membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena
merasa dicurangi.
Candi Prambanan memiliki 3 candi
utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi
tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu
menghadap ke timur.
Setiap candi utama memiliki satu
candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk
Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4
candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak
di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu
ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing
berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa).
Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda
yang diceritakan di atas.
Di Candi Wisnu yang terletak di
sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi
arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi
Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi pendamping yang cukup
memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini
menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda.
Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas,
berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang.
Diperkirakan, sosok itu adalah
adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar',
biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix
dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna
(kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para
dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang
dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai
kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta
lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga
menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi
adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan
istilah Krut atau Pha Krut.
Prambanan juga memiliki relief
candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan
cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik
adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan,
kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru
digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli
menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola
lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda,
Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia,
Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa
ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian
lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu
juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian
wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.
Banyak bagian candi yang
direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri
atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila
minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang
tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Sekarang, candi ini adalah sebuah
situs yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun
1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki
status istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan.
2.4.
Malioboro
Kawasan Malioboro sebagai salah
satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya
pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang
kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada
sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya,
yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal.
Barang yang diperdagangkan dari
barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang
elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal
batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran
mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.
Keramaian dan semaraknya
Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar
sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang
ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para
wisatawan.
Mereka berdagang kerajinan rakyat
khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu
dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan,
wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik
[semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih
banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya
diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai.
Sehingga saat pengunjung
Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena
sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya
pedagang di sisi kanan dan kiri.
Dan ini juga perlu di waspadai
atau mendapat perhatian khusus karena kawasan Malioboro menjadi rawan akan
tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke pihak
kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula
wisatan asing juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan
sebenarnya.
2.6.
Candi Borobudur
2.6.1. Letak
Candi Borobudur
terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi
Jawa Tengah. Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di
sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan
Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan Elo.
Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan
ketinggian 265 dpl.
2.6.2.
Bentuk Bangunan
ü
Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter
dan lebar 121,38 meter.
ü
Tinggi 35,40 meter.
ü
Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan
sebuah stupa induk di puncaknya. Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan3
teras berdenah lingkaran.
ü
Pembagian vertikal secara filosofis meliputi
tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
ü
Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian
bawah, tengah, dan atas.
ü
Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama
dengan pintu masuk utama sebelah timur dengan ber-pradaksina.
ü
Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di
sekitar Borobudur dengan volume seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi
(kira-kira 2.000.000 potong batu)
2.6.3.
Riwayat Temuan
Candi Borobudur muncul kembali
tahun 1814 ketika Sir Thomas Stanford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris yang
menjadi wali negara Indonesia mengadakan kegiatan di Semarang, waktu itu
Raffles mendapatkan informasi bahwa di daerah Kedu telah ditemukan susunan batu
bergambar, kemudian ia mengutus Cornelius seorang Belanda untuk
membersihkannya. Pekerjaan ini dilanjutkan oleh Residen Kedu yang bernama
Hartman pada tahun 1835. Disamping kegiatan pembersihan, ia juga mengadakan
penelitian khususnya terhadap stupa puncak Candi Borobudur, namun sayang
mengenai laporan penelitian ini tidak pernah terbit. Pendokumentasian berupa
gambar bangunan dan relief candi dilakukan oleh Wilsen selama 4 tahun sejak
tahun 1849, sedangkan dokumen foto dibuat pada tahun 1873 oleh Van Kinsbergen.
Menurut legenda Candi Borobudur didirikan oleh arsitek Gunadharma, namun secara
historis belum diketahui secara pasti. Pendapat Casparis berdasarkan interpretasi
prasasti berangka tahun 824 M dan prasasti Sri Kahulunan 842 M, pendiri Candi
Borobudur adalah Smaratungga yang memerintah tahun 782-812 M pada masa dinasti
Syailendra. Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Budha Mahayana.
Pendapat Dumarcay Candi Borobudur
didirikan dalam 5 tahap pembangunan yaitu:
- Tahap I + 780 Masehi
- Tahap II dan III + 792 Masehi
- Tahap IV + 824 Masehi
- Tahap V + 833 Masehi
- Tahap II dan III + 792 Masehi
- Tahap IV + 824 Masehi
- Tahap V + 833 Masehi
2.6.4.
Nama Candi Borobudur
Mengenai penamaannya juga
terdapat beberapa pendapat diantaranya:
Raffles: Budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat) Sang Budha yang agung (Boro= agung, budur= Buddha) Budha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)
Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)
Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
Raffles: Budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat) Sang Budha yang agung (Boro= agung, budur= Buddha) Budha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)
Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)
Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
2.6.5.
Pemugaran
Upaya pemugaran Candi Borobudur
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pertama dilakukan oleh pemerintah Hindia
Belanda dibawah pimpinan Van Erp dan yang kedua dilakukan oleh pemerintah
Indonesia yang diketuai oleh Soekmono (alm).
Pemugaran I tahun 1907 –
1911, Pemugaran I sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda.
Sasaran pemugaran lebih banyak ditujukan pada bagian puncak candi yaitu tiga
teras bundar dan stupa pusatnya. Namun oleh karena beberapa batunya tidak
diketemukan kembali, bagian puncak (catra) stupa, tidak bisa dipasang kembali.
Pemugaran bagian bawahnya lebih bersifat tambal sulam seperti
perbaikan/pemerataan lorong, perbaikan dinding dan langkan tanpa pembongkaran
sehingga masih terlihat miring. Usaha-usaha konservasi telah dilakukan sejak
pemugaran pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan terus menerus mengadakan
pengamatan dan penelitian terhadap Candi Borobudur, sementara proses kerusakan
dan pelapukan batu-batu Candi Borobudur yang disebabkan oleh berbagai faktor
terus berlangsung. Dan hasil penelitian yang diadakan oleh suatu panitia yang
dibentuk dalam tahun 1924 diketahui bahwa sebab-sebab kerusakan itu ada 3
macam, yaitu korosi, kerja mekanis dan kekuatan tekanan dan tegangan di dalam
batu-batu itu sendiri (O.V. 1930 : 120-132).
Pemugaran II tahun 1973 –
1983, Sesudah usaha pemugaran Van Erp berhasil diselesaikan pada tahun
1911, pemeliharaan terhadap Candi Borobudur terus dilakukan. Berdasarkan
perbandingan antara kondisi saat itu dengan foto-foto yang dibuat Van Erp 10
tahun sebelumnya, diketahui ternyata proses kerusakan pada Candi Borobudur
terus terjadi dan semakin parah, terutama pada dinding relief batu-batunya
rusak akibat pengaruh iklim. Selain itu bangunan candinya juga terancam oleh
kerusakan. Dengan masuknya Indonesia menjadi anggota PBB, maka secara otomatis
Indonesia menjadi anggota UNESCO. Melalui lembaga UNECO tersebut, Indonesia
mulai mengimbau kepada dunia internasional untuk ikut menyelamatkan bangunan
yang sangat bersejarah tersebut. Usaha tersebut berhasil, dengan dana dari
Pelita dan dana UNESCO, pada tahun 1975 mulailah dilakukan pemugaran secara
total. Oleh karena pada tingkat Arupadhatu keadaannya masih baik, maka hanya
tingkat bawahnya saja yang dibongkar. Dalam pembongkaran tersebut ada tiga
macam pekerjaan, yaitu tekno arkeologi yang terdiri atas pembongkaran seluruh
bagian Rupadhatu, yaitu empat tingkat segi empat di atas kaki candi, pekerjaan
teknik sipil yaitu pemasangan pondasi beton bertulang untuk mendukung Candi
Borobudur untuk setiap tingkatnya dengan diberi saluran air dan lapisan kedap
air di dalam konstruksinya, dan pekerjaan kemiko arkeologis yaitu pembersihan
dan pengawetan batu-batunya, dan akhirnya penyusunan kembali batu-batu yang
sudah bersih dari jasad renik (lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya) ke
bentuk semula.
BAB
III
KUNJUNGAN
KE OBJEK WISATA JAKARTA
3.1.
Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik
Indonesia yang
terletak di pusat ibukota Jakarta.
Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu,
Ir. Soekarno di
mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid
Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid
Istiqlal adalah Frederich Silaban,
seorang Kristen Protestan.
Lokasi
kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang
ditengahnya berdiriMonumen Nasional (Monas).
Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja
Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri dari
lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern
dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja
antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45
meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter
menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih
dari dua ratus ribu jamaah.
Selain
digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga
digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas
sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang
terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan
domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. Masyarakat
non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat
pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian
bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi
pemandu.
Pada
tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Maulid
Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj,
Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini
yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi
swasta.
3.2.
Lubang Buaya
Lubang
Buaya adalah
sebuah tempat di kawasan Pondok Gede, Jakarta yang
menjadi tempat pembuangan para korban Gerakan
30 September pada 30 September 1965. Secara spesifik,
sumur Lubang Buaya terletak di Kelurahan
Lubang Buaya di Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur.
Lubang
Buaya pada terjadinya G30S saat itu merupakan pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia. Saat ini di tempat
tersebut berdiri Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila,
sebuah museum diorama, sumur tempat
para korban dibuang, serta sebuah ruangan berisi relik.
Nama
Lubang Buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang menyatakan bahwa ada buaya-buaya putih
di sungai yang
terletak di dekat kawasan itu. Di Lubang Buaya terdapat patung elang dan patung
pahlawan, patung elang itu sangat besar. Selain itu juga terdapat rumah yang di
dalamnya ketujuh pahlawan revolusi disiksa dan dibunuh. Terdapat mobil yang
digunakan untuk mengangkut orang-orang.
3.3. Taman Mini
Indonesia Indah (TMII)
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan
suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta
Timur. Area seluas kurang lebih 150 hektar atau 1,5 kilometer persegi ini
terletak pada koordinat
6°18′6.8″S 106°53′47.2″E{{#coordinates:}}: lintang salah. Taman ini merupakan
rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan
sehari-hari masyarakat 26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan
dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, seta menampilkan aneka busana,
tarian dan tradisi daerah. Disamping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah
danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di
tengahnya, kereta gantung, berbagai museum, dan Teater IMAX Keong Mas dan
Teater Tanah Airku), berbagai sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai
salah satu kawasan wisata terkemuka di ibu kota.
Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat
kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti
Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini
tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. Melalui miniatur
ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada
seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek
Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.
TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan
pada tanggal 20
April 1975.
Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi
modern diperagakan di areal seluas 150 hektar. Aslinya topografi TMII agak
berbukit, tetapi ini sesuai dengan keinginan perancangnya. Tim perancang
memanfaatkan ketinggian tanah yang tidak rata ini untuk menciptakan bentang
alam dan lansekap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di
Indonesia.
3.3. Monumen Nasional
Monumen
Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas
adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk
mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia
untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia
Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus
1961 di bawah
perintah presiden Sukarno,
dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini
dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan
semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di
tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta
Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00
WIB. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.
Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia
kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun
1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda
pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen
nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana
Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan
bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan
inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus
1954 sebuah komite
nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun
1955. Terdapat 51
karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban
yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan
karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara
kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi
kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya
kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia
menginginkan monumen itu berbentuk lingga
dan yoni. Silaban
kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi
rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat
besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi
saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan
menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno
kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu.
Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus
1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
ke dalam rancangan monumen itu.[1][2][3]
Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu
ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus
1961.
BAB IV
PENUTUP
Ø Kesimpulan
Kesimpulan dari study tour sejarah yang mengunjungi beberapa
objek wisata di Jogjakarta dan di Jakarta yang merupakan hasil budaya dari
nenek moyang kita adalah bahwa suatu tempat yang bersejarah perlu dijaga
kelestariannya dan merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menjaganya
dengan berbagai hal positif seprti mengunjungi.
Ø Saran
Saran
dari kami, kami mersa senang atas diadakannya study tour ini. Tapi kami
harapkan kepada semua siswa untuk lebih meningkatkan kedisiplinan jika diadakan
study tour lagi.
Kami harap agar semua siswa bias
ikut dalam study tour berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pantai Parangtritis Keraton
Yogyakarta
Candi Prambanan Malioboro
Candi
Borobudur
Masjid Istiqlal
Lubang
Buaya
Taman Mini Indonesia
Indah
Monas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar